BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Indonesia
merupakan Negara yang memiliki berbagai macam budaya, adat istiadat dan
kebiasaan. Setiap Negara memiliki perbedaan terhadap budayanya dan
kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan dalam Negaranya. Pembahasan
kali ini akan mengupas perihal perbandingan sistem tata pemerintahan
dan budaya antara negara Indonesia dan Negara Jepang. Sebelum masuk pada pokok
bahasan terlebih dahulu akan kita bahas mengenai perbandingan sistem tata
pemerintahan dan budaya diantara keduanya. Yang dimaksudkan dengan
memperbandingkan di sini ialah mencari dan mensinyalir perbedaan-perbedaan
serta persamaan-persamaan dengan memberi penjelasannya.
Sistem
pemerintahan adalah sistem yang dimiliki suatu negara dalam mengatur
pemerintahannya. Sistem pemerintahan mempunyai sistem dan tujuan untuk
menjaga suatu kestabilan negara itu. Sedangkan Budaya adalah kristalisasi nilai dan pola
hidup yang dianut suatu komunitas. Budaya tiap komunitas tumbuh dan berkembang
secara unik, karena perbedaan pola hidup komunitas itu. Perbandingan budaya
Jepang dan Indonesia berarti mencari nilai-nilai kesamaan dan perbedaan antara
bangsa Indonesia dan bangsa Jepang.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat
ditentukan rumusan masalah dalam makalah ini seperti :
1.1 Pengertian Budaya
1.2 Mengetahui
perbandingan Pemerintahan Negara Indonesia dengan Negara Jepang.
1.3 Mengetahui Perbedaan
budaya Negara Indonesia dengan Negara Jepang.
1.3
Maksud dan Tujuan
Maksud dan
tujuan khusus pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana dan
dimana letak perbandingan dalam Sistem Pemerintahan dan Budaya Negara Indonesia
dengan Negara Jepang .
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Budaya
Kata Kebudayaan berasal dari bahasa
Sanskerta, Budhayah, yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Dengan demikian budaya dapat diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan akal dan cara hidup yang selalu berubah dan berkembang dari waktu ke waktu. Ada pendapat lain yang mengupas kata budaya sebagai suatu perkembangan dari kata majemuk budi-daya yang berarti daya dari budi.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Dengan demikian budaya dapat diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan akal dan cara hidup yang selalu berubah dan berkembang dari waktu ke waktu. Ada pendapat lain yang mengupas kata budaya sebagai suatu perkembangan dari kata majemuk budi-daya yang berarti daya dari budi.
2.2 Perbandingan
Sistem Pemerintahan Negara Indonesia dengan Negara Jepang
Perbandingan
|
Jepang
|
Indonesia
|
Bentuk Negara
|
Monarkhi Konstitusional
|
Republik (Negara Kesatuan)
|
Demokrasi
|
Demokrasi Pasifis
|
Demokrasi Pancasila
|
Sistem Pemerintahan
|
Parlementer
|
Presidensiil
|
Kepala Negara
|
Kaisar
|
Presiden
|
Kepala Pemerintahan
|
Perdana Menteri
|
Presiden
|
2.3 Perbedaan
Budaya Negara Indonesia dengan Negara Jepang
2.1
Tradisi
Penamaan di Jepang
Nama di Jepang terdiri dari dua bagian : family name dan
first name. Nama ini harus dicatatkan di kantor pemerintahan (kuyakusho),
selambat-lambatnya 14 hari setelah seorang bayi dilahirkan. Semua orang di
Jepang kecuali keluarga kaisar, memiliki nama keluarga. Tradisi pemakaian nama
keluarga ini berlaku sejak jaman restorasi Meiji, sedangkan di era sebelumnya
umumnya masyarakat biasa tidak memiliki nama keluarga. Sejak restorasi meiji,
nama keluarga menjadi keharusan di Jepang. Dewasa ini ada sekitar 100 ribu nama
keluarga di Jepang, dan diantaranya yang paling populer adalah Satou dan
Suzuki. Jika seorang wanita menikah, maka dia akan berganti nama keluarga,
mengikuti nama suaminya.
2.2 Tradisi Penamaan di Indonesia
Di Negara
Indonesia sendiri tidak terdapat penamaan khusus seperti di Negara Jepang. Tetapi suku di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi memiliki nama
keluarga. Dari nama seseorang, kita dapat memperkirakan dari suku mana dia
berasal, agama apa yang dianut dsb. Berikut karakteristik nama tiap suku di
Indonesia.





2.3 Gerak tubuh untuk memberikan penghormatan dan kasih sayang dalam Negara
Indonesia dan Negara Jepang
Salah satu topik
menarik untuk dibahas adalah bagaimana memakai bahasa tubuh untuk mengungkapkan
penghormatan. Jepang dan Indonesia memiliki cara berlainan dalam
mengekspresikan terima kasih, permintaan maaf, dsb.
Ojigi
Dalam budaya Jepang ojigi adalah cara menghormat dengan membungkukkan badan, misalnya saat mengucapkan terima kasih, permintaan maaf, memberikan ijazah saat wisuda, dsb. Ada dua jenis ojigi : ritsurei (立礼) dan zarei (座礼). Ritsurei adalah ojigiyang dilakukan sambil berdiri. Saat melakukan ojigi, untuk pria biasanya sambil menekan pantat untuk menjaga keseimbangan, sedangkan wanita biasanya menaruh kedua tangan di depan badan. Sedangkan zarei adalah ojigi yang dilakukan sambil duduk. Berdasarkan intensitasnya, ojigi dibagi menjadi 3 : saikeirei (最敬礼), keirei (敬礼), eshaku (会釈). Semakin lama dan semakin dalam badan dibungkukkan menunjukkan intensitas perasaan yang ingin disampaikan. Saikeirei adalah level yang paling tinggi, badan dibungkukkan sekitar 45 derajat atau lebih. Keirei sekitar 30-45 derajat, sedangkan eshaku sekitar 15-30 derajat. Saikeirei sangat jarang dilakukan dalam keseharian, karena dipakai saat mengungkapkan rasa maaf yang sangat mendalam atau untuk melakukan sembahyang. Untuk lebih menyangatkan, ojigi dilakukan berulang kali. Misalnya saat ingin menyampaikan perasaan maaf yang sangat mendalam. Adapun dalam budaya Indonesia, tidak dikenal ojigi.
Jabat tangan
Tradisi jabat tangan dilakukan baik di Indonesia maupun di Jepang melambangkan keramahtamahan dan kehangatan. Tetapi di Indonesia kadang jabat tangan ini dilakukan dengan merangkapkan kedua tangan. Jika dilakukan oleh dua orang yang berlainan jenis kelamin, ada kalanya tangan mereka tidak bersentuhan. Letak tangan setelah jabat tangan dilakukan, pun berbeda-beda. Ada sebagian orang yang kemudian meletakkan tangan di dada, ada juga yang diletakkan di dahi, sebagai ungkapan bahwa hal tersebut tidak semata lahiriah, tapi juga dari batin.
Cium tangan
Tradisi cium tangan lazim dilakukan sebagai bentuk penghormatan dari seorang anak kepada orang tua, dari seorang awam kepada tokoh masyarakat/agama, dari seorang murid ke gurunya. Tidak jelas darimana tradisi ini berasal. Tetapi ada dugaan berasal dari pengaruh budaya Arab. Di Eropa lama, dikenal tradisi cium tangan juga, tetapi sebagai penghormatan
seorang pria
terhadap seorang wanita yang bermartabat sama atau lebih tinggi. Dalam agama
Katolik Romawi, cium tangan merupakan tradisi juga yang dilakukan dari seorang
umat kepada pimpinannya (Paus, Kardinal). Di Jepang tidak dikenal budaya cium
tangan.
Cium pipi
Cium pipi biasa dilakukan di Indonesia saat dua orang sahabat atau saudara bertemu, atau sebagai ungkapan kasih sayang seorang anak kepada orang tuanya dan sebaliknya. Tradisi ini tidak ditemukan di Jepang.
Sungkem
Tradisi sungkem lazim di kalangan masyarakat Jawa, tapi mungkin tidak lazim di suku lain. Sungkem dilakukan sebagai tanda bakti seorang anak kepada orang tuanya, seorang murid kepada gurunya. Sungkem biasa dilakukan jika seorang anak akan melangsungkan pernikahan, atau saat hari raya Idul Fitri (bagi muslim), sebagai ungkapan permohonan maaf kepada orang tua, dan meminta doa restunya.
Baik budaya Jepang
maupun Indonesia memiliki keunikan tersendiri dalam mengekspresikan rasa
hormat, rasa maaf. Jabat tangan adalah satu-satunya tradisi yang berlaku baik
di Jepang maupun Indonesia. Kesalahan yang sering terjadi jika seorang
Indonesia baru mengenal budaya Jepang adalah saat melakukan ojigi, wajah tidak
ikut ditundukkan melainkan memandang lawan bicara. Hal ini mungkin terjadi
karena terpengaruh gaya jabat tangan yang lazim dilakukan sambil saling
berpandangan mata. Kesalahan lain yang juga sering terjadi adalah mencampurkan ojigi dan jabat tangan. Hal ini juga kurang
tepat dipandang dari tradisi Jepang.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Perbandingan Sistem
Pemerintahan dan budaya antara Indonesia dengan Jepang bermanfaat untuk
mengetahui pola berfikir bangsa Indonesia dan bangsa Jepang. Salah satu kesulitan
utamanya adalah perbedaan karakteristik kedua bangsa.
Baik budaya
Jepang maupun Indonesia memiliki keunikan tersendiri dalam mengekspresikan rasa
hormat, rasa maaf. Jabat tangan adalah satu-satunya tradisi yang berlaku baik
di Jepang maupun Indonesia.
sumber :